One Day In Jakarta (Bagian Kedua)

"One Day In Jakarta" merupakan judul yang sama dengan sebuah buku yang ditulis oleh Thibault Gregoire, seorang jurnalis asing yang beberapa saat tinggal di ibukota. Buku yang secara tak sengaja saya baca ketika menumpang nginap di asrama banjar Demang Lehman Bandung. Buku ini memuat banyak foto tentang kehidupan warga-warga Jakarta. Foto-foto hasil jepretan Thibault sungguh realistik dan memuat pesan mendalam. Maka membagi kisah pengalaman saya di Jakarta kali ini cukup masuk akal dan ilmiah (?).

 Untuk ceritera sebelumnya, bisa di klik di sini: One Day In Jakarta (Bagian Pertama)

Setelah memutuskan untuk sholat Maghrib di Istiqlal, saya dan Robby bergegas berjalan membelah monas untuk mencapai masjid ikonik tersebut. Kami jalan cepat-cepat takut waktu maghrib terlewat.

"Masih kuat, Mat?"

"Masih Rob"

Ternyata Monas pada malam minggu cukup ramai oleh pemuda ibukota. Ada yang sepedaan, jualan sampai yang cuma duduk-duduk saja. Ah, sudahlah, kami harus sesegara mungkin menuju Istiqlal. Keluar Monas, ternyata untuk mencapai masjid itu musti berjalan kaki lagi. Maka berjalan lah kami dengan sisa tenaga yang ada.

Saat bergegas itulah, saya melihat sebuah toko yang terlihat tidak asing. Di papan namanya yang sederhana tertulis:

RAGUSA ES ITALIA

Saya terhenyak. Ini toko eskrim yang sudah saya kenal lewat TV beberapa tahun silam. Dan mulai saat itu pula, saya bertekad suatu hari harus kesana. Kini, es krim itu di depan mata, menggoda ku dengan senonoh. Bahkan beberapa hari sebelum keberangkatan ke Jakarta, saya dan teman saya Dul sempat melihat liputan toko eskrim legendaris ini di TV. Dul pun berpesan: "Jangan lupa kesini pas ke Jakarta"

Dul, saranmu telah kuterima, dan titahmu akan segera terlaksana.

"Ini dia yang kucari selama ini!" seru ku bersemangat.

Robby cuman diam saja. Rasanya tidak mungkin kesana malam ini juga.

"Besok Rob, Besok!"

Kami melanjutkan perjalanan menuju Istiqlal, sholat Magrib plus Isya kemudian pulang. Setelah naik busway lalu turun di Halte Bidara Cina dekat STIS, perut menuntut haknya. Akhirnya Nasi Goreng Erlangga menjadi pilihan kami malam minggu itu. Nasi Goreng Erlangga, nasi goreng yang sama yang kumakan 4 tahun lalu ketika pertama kali menginjakkan kaki di kampus abu-abu.

***
Hari minggu, seperti rencana malam tadi, kami berencana pergi ke Es Krim Ragusa. Kali ini kami mengajak Indah, teman satu kelas IPA 1 kami pas di SMA dulu. Dia juga kuliah di STIS. Berangkatlah kami, masih menggunakan busway yang sekali jalan tarifnya 3500 itu. Sesampainya di Ragusa, ternyata disana penuh banget. Mungkin gara-gara hari libur ya. Tetapi untunglah kami mendapat meja.

Saya paling excited waktu itu. Begitu menu dibagikan, saya sibuk memilih-milih. Robby sama Indah ternyata juga belum pernah ke tempat ini. Astaga.

Akhirnya Robby memilih Banana Split. Untuk Indah, doi memesan Es Krim Spaghetti.
Depan Sphagetti Ice Cream. Belakang Banana Split.

Sebenarnya kami sempat foto-foto tuh disana. Namun sayangnya saya lupa minta file nya. Akhirnya nyari di google dan nemu di tripadvisor.uk. Gokil masuk situs inggris es krim Ragusanya. Masing-masing menu diatas di hargai 35.000 saja. Banana Split ini ialah eskrim yang ada pisangnya. Atau pisang yang ada eskrimnya. Pokoknya, Banana Split ini enak abis!. Sedangkan Sphagetti Ice Cream sendiri merupakan eskrim yang dibentuk dengan teknik tertentu sehingga menyerupai sphagetti, Gokil dan nggak kalah enak sama Banana Split.

Sedangkan saya, hanya memilih eskrim special mix seharga dua puluh rebu. Berikut penampakannya:
diambil dari perutgendut.com

Sederhana saja memang pesanan saya. Tapi tetap enak. Oh iya, eskrim ini dibuat tanpa pengawet, jadi eskrim ini Insya Allah lebih sehat dari es krim biasa, juga tentunya ilmiah dan menyegarkan. Toko eskrim ini mulai buka tahun 1932 (kalau nggak salah). Menurut salah satu televisi swasta, Andy Lau pernah datang kesini. Tapi masa bodoh, karena saya lebih suka Jackie Chan dan Stephen Chow.


Komentar

  1. Eskrim emang bikin ngiler ya, gue yg tinggal di jakarta Malah blm pernah ke sana. Gue merasa gagal jd anak gaul jkt.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wawancara dengan Alfa Maqih

Pindah