Plin-Plan Sialan



Bro, memiliki sikap plin-plan itu sangat menyebalkan.

Begini ceritanya. Saat saya masih duduk di bangku SD, tayangan animasi Tamiya Let's and Go sedang berjaya-jayanya di layar kaca. Sebagai anak kecil yang budiman, gaul nan mengikuti tren, maka saya mengumpulkan uang untuk membeli Tamiya. Maka, sekumpulan bocah yang diperbudak TV meluncur ke toko tamiya musiman.

Setelah melihat-lihat sejenak, saya memutuskan untuk membeli satu dari dua tamiya ini: Black Spyder atau Proto Saber. Black Spyder ini dimiliki oleh karakter bernama Kai, sedangkan si Proto ini dimiliki oleh J. Ah, lucu, ini bukan sebuah keputusan sama sekali.


Satu menit berlalu saya memutuskan untuk membeli Black Spyder saja. Namun sedetik kemudian saya beralih ke Proto Saber. Begitu seterusnya saya beralih-alih sampai 15 menit berikutnya.

Alasan saya untuk memilih Black Spyder adalah bentuknya jauh lebih keren daripada Proto Saber. Namun, Si Black Spyder sudah ada yang memiliki, tepat tetangga di sebelah rumah. Sedangkan Proto Saber belum ada yang memilikinya di seantero komplek.

Akhirnya, saya memilih Proto Saber. Setelah proses plin-plan yang begitu menyakitkan. Begitu sekilas kisah  plin-plan

Yang begitu berbahaya, sikap ini jika sampai terbawa hingga dewasa. Bagi saya sendiri, plin plan itu termasuk ketika keputusan kita berubah di saat-saat terakhir. Maka daripada itu, sedari sekarang mari kita membiasakan untuk konsisten dengan pilihan daripada plin-plan.

Kemudian, bisa dibayangkan orang plin-plan ini menjadi pemimpin suatu saat nanti. Pemimpin plin-plan ini, nantinya akan kesulitan dalam mengambil keputusan, bahkan ketika sudah diambil keputusan bisa ditarik kembali. Padahal, rakyat kebanyakan yang menanggung akibatnya.

Manusia yang bingung, lemah dan tak tegas adalah perwujudan dari sikap plin-plan. Saya paling benci manusia tipe ini, apalagi sebagai lelaki. Semoga diri kita ternhindar dari sifat buruk ini.

Memiliki sikap plin-plan itu sangat menyebalkan. Plin-plan sialan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wawancara dengan Alfa Maqih

Pindah

Pelajaran dari Ta Lo Xa Chung Cu