Orang-orang yang Telah Memerdekakan Dirinya

      Tulisan kali ini cukup singkat. Saya punya beberapa teman. Teman saya ini sedikit berbeda dengan teman kebanyakan. Apa pasal? Mereka, bagi saya, telah menemukan hidupnya. Kalau istilah zaman sekarang itu mungkin passion tepatnya. Di mata saya, mereka berhasil berbahagia dengan cara mereka sendiri. Tentu saja ada pengorbanan, namun pada akhirnya sebuah senyum terbit dari usaha keras mereka memperjuangkan keinginan. Kadang saya iri, tetapi lebih banyak takjub dan bangga. Semoga tulisan ini dapat membagikan pelajaran dan syukur apabila dapat menginspirasi, terutama untuk saya sendiri. Pertama ada teman saya yang bernama Wahyu asal pulau Bali. Kedua, ada Pungkas Nurrohman yang asli Kepanjen, Malang.

Si Biker

Wahyu sebenarnya adalah teman dari teman karib saya. Gara-gara sering bertemu, saya jadi kenal meski kurang mengenalnya secara dalam. Dari cerita-cerita karib saya, diketahui Wahyu ini seorang yang unik. Wahyu merupakan mahasiswa angkatan 2012, setingkat di bawah saya. Namun usut punya usut ternyata dia seangkatan dengan saya. Lantas, mengapa dia menunda kuliahnya selama setahun?. Setelah bercerita, dia mengatakan bahwa saat dia tidak kuliah dia sedang membangun motornya yang sekarang ditungganginya ini. Saya sempat melongo. Wow, ada yang rela menunda kuliahnya hanya untuk sebuah motor. Apabila dilihat, memang motor dia ini sangat keren, motor laki bergaya Bobber. Lebih keren lagi, faktanya dia membangun motornya ini dengan tenaga sendiri.

Artinya dia membangun dan memodifikasi motornya itu dengan tangannya sendiri!.

Perlu waktu setahun. Saya jadi penasaran. Motornya ini dikerjakan dengan sangat rapi dan pas. Usia semuda itu, sudah melahirkan karya sebagus ini. Ah, setelah bercerita ternyata ayahnya juga seorang modifikator. Buah memang jatuh tak jauh dari pohonnya. Saya semakin takjub ketika dia mengaku motor itu ditawar oleh Bule di Bali seharga puluhan ribu dollar namun dia menolaknya. Kini, dengan motornya dia menjalani hari-hari. Pernah dia bolak-balik Bali-Malang pakai motor olahannya itu. Lucunya, dia juga pernah menjemput pacarnya di bandara Juanda, pakai motor itu juga. Saya ingat salah satu keinginannya: Memiliki sebuah bengkel sendiri yang digabung dengan outlet distro. Benar-benar gokil! Semoga cita-citanya tercapai. Merdeka!

Si Bolang

Orang yang berhasil memerdekakan dirinya sendiri selanjutnya adalah teman saya sekelas kuliah yaitu Pungkas Nurrohman. Asli anak Kepanjen, Kabupaten Malang dan sekampung dengan Dr. Soebandrio, wakil perdana menteri zaman Presiden Soekarno. Dia ini anak Impala (Ikatan Mahasiswa Pecinta Alam) di kampus. Sekedar informasi, menjadi anggota Impala tidaklah mudah. Lebih dari itu, diperlukan konsistensi dan komitmen kuat untuk menjadi anggota Impala. Bagi saya yang awam, organisasi ini bukanlah tempat bermain-main. Hal ini berkaca pada Pungkas sendiri. Ketika awal-awal menjalani 'ospek' dia benar-benar sibuk sampai meninggalkan kuliah. Saya sendiri secara pribadi tidak setuju bila kegiatan organisasi terlalu sering mengganggu kuliah. Namun, itulah harga yang harus dibayar. Terbukti, banyak sekali manfaat yang dia raih dan dapatkan selama di Impala. Contohnya dia sudah berkelana kemana-mana dan sering membantu mencari orang hilang di sekitaran Malang. Bahkan, dia pernah mengirimkan artikel ke sebuah website yang khusus membahas alam dan sebagainya ketika dia beraksi di penangkaran penyu atau tukik-tukik yang masih unyu nan lucu. Pengalaman unik adalah saat Pungkas dinyatakan hilang ketika dia mendaki gunung. Sempat panik, akhirnya ada kabar bahwa ternyata dia tidak hilang, namun sinyal jelek sehingga tak dapat mengirim kabar kepada keluarga. Alhamdulillah sejak saat itu tak pernah ada kabar lagi kalau dia hilang. Kebanyakan kabar adalah dia yang membantu pencarian orang hilang. Perkenalkan anak Impala dan juga Si Bolang, Pungkas Nurrohman.


si bolang


Sekian dulu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wawancara dengan Alfa Maqih

Pindah