Opini Ospek

   Setiap tahun, digelar seleksi masuk perguruan tinggi, entah itu jalur nasional ataupun jalur mandiri. Itu berarti akan ada mahasiswa baru yang memasuki universitas. Kita tentu menyambut gembira semakin banyak pemuda yang mampu mencicipi pendidikan tinggi. Ditambah dengan kebijakan beasiswa bidik misi yang menyasar mahasiswa tidak mampu plus kuota untuk mahasiswa difabel di sejumlah perguruan tinggi.



   Kemudian, setiap tahunnya juga, mahasiswa baru akan dihadapkan pada ritual tahunan yang digelar oleh mahasiswa angkatan atas yaitu OSPEK.  Secara nama, Ospek sebenarnya tidak ada, tapi secara hakikat masih ada jejaknya dengan nama yang berbeda-beda di tiap universitas. Kemudian dalam perkembangannya, ospek ini beranak-pinak menjadi ospek fakultas dan ospek jurusan. Tentunya, banyak sekali manfaat yang diperolah mahasiswa baru saat ospek.

    Namun, tentunya kita harus menyadari bahwasanya sistem ospek di Indonesia tidaklah seratus persen sempurna. Bagi saya. banyak kegiatan yang tidak berjalan efektif. Ospek di universitas tak ubahnya masa orientasi siswa SMA dahulu. Setidaknya itu yang terjadi di kampus saya. Dalam suatu diskusi mengenai ospek, saya pernah berkata bahwa ospek di kampus saya ini biasa-biasa saja.
    Mirisnya, ospek terkadang memakan korban jiwa. Ospek juga terkadang ajang 'balas dendam' senior, ini sudah menjadi rahasia umum. Selain itu, tak jarang ospek menjadi lahan rebutan pihak-pihak tertentu untuk kepentingan kelompoknya sendiri. Saya berharap ada perubahan yang membangun terkait orientasi mahasiswa baru ini. 
    Sampai pada suatu masa ketika kampus saya mewajibkan mahasiswa nya untuk di 'ospek' lagi selama seminggu di Rindam. Saya sendiri sempat grogi karena yang nge-'ospek' kali ini adalah kalangan militer. Bahkan, kabarnya rambut harus botak. Belakangan itu cuma isu, dan saya bersama karib saya telah tertipu. Diantara dua ratusan mahasiswa, cuma kami berdua yang botak.
    Selama seminggu di rindam, banyak pengalaman dan kegiatan seru yang kami alami ala militer. Diantaranya baris berbaris, jaga malam, pendidikan kebangsaan bahkan makan ala militer. Disana kami benar-benar dididik sedemikian rupa sehingga sangat berkesan.
    Ada hal yang menarik, bagaimana tentara mengajari kami tanpa harus membentak seperti kakak-kakak ospek. Tegas dan berwibawa. Mungkin karena mereka tentara jadi kami segan. Bahkan kami merasa sangat akrab dengan beliau-beliau itu. Nah ini mungkin jadi PR bagi teman-teman korlap atau Disma. Bagaimana caranya memiliki wibawa dan ketegasan tanpa harus teriak-teriak. Pasang muka sangar ya nggak apa-apa, tapi kalau membentak terus ya juga jangan. Karena dunia kerja nantinya nggak setiap hari juga dibentak-bentak. 
     Entah mengapa, teman satu barak dulu sampai sekarang masih berhubungan baik dan bila ketemu pasti menyapa. Hal sebaliknya terjadi dengan kawan-kawan satu kelompok ospek fakultas. Boro-boro nyapa, ingat aja enggak. PR lagi buat divisi acara. Buatlah acara yang benar-benar bermanfaat plus berkesan (banget).
      Saya kira mungkin banyak hal terkait ospek yang masih perlu di evaluasi, namun yang dikepala saya cuman masalah diatas. Syukur ada kawan-kawan lain yang mau menambahkan.



Salam hangat dari Dinoyo gang 13.








 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wawancara dengan Alfa Maqih

Pindah