Futsal

Kalau dulu saya pernah posting tentang Pertama Kali Bermain Futsal, maka sekarang mari kita bicara futsal lebih dalam.

Saya sadar jika keinginan untuk mendalami olahraga futsal ini sudah terlalu terlambat. Bayangkan, baru ketika awal masuk kuliah, saya memutuskan untuk menyukai futsal. Pada saat itulah saya baru belajar, passing, control dan shoot. Sungguh terlambat sekali.

Kembali ke zaman SMA.

Saya begitu ingat, awal-awal ketertarikan ini dimulai ketika pelajaran olahraga. Biasanya setelah olahraga, masih ada waktu yang kosong. nah, saat itulah kami main bola. Bola, bukan futsal dan menggunakan lapangan basket. Jumlah pemain tergantung situasi, bisa 6 lawan 6, atau 7 lawan 7 namun idealnya adalah 5 lawan 5.



Pada saat kelas sepuluh (X) ada dua kejadian yang masih di ingat hingga sekarang. Pertama adalah ketika kami anak kelas X-1 tanding dengan kelas XI setelah olahraga usai. Tak perlu disebutkan kelas XI mana, anak X-1 yang ingat pasti tau. Memang jadwal olahraga pasti ada saja yang sama dengan kelas lain, naik kelas X, XI, mapun XII. Akhirnya kami tanding alias Beadu dalam istilah bahasa Banjar. Waktu itu kami bermain cukup apik, terutama Adrian yang sedang on-fire. Kami menang dan imbasnya kalian tahu? Kelas XI sejak itu kapok main dan memilih main dengan kelasnya sendiri.

Kejadian kedua, saat kami Beadu dengan sekolah tetangga, MAN 3. Kami kelas X, sedangkan mereka kakak kelas (sepertinya). Kami Beadu di lapangan sepak bola SKB Mulawarman. Kali ini kami memainkan sepakbola besar. Personil kami yang main: Randy, Engot, Nando, Adrian dkk. Namun, taruhannya adalah, bagi yang kalah harus bersedia melepas bajunya.

Pertandingan dimulai, dan sedikit terganggu dengan lapangan yang tak ada rumput, tak rata, dan ada genangan airnya. Karena kalah skill dan fisik, kami pada awalnya kalah 2-0. Guru kami, Pak Murjani akhirnya turun tangan. Beliau masuk, kemudian dengan bersahaja mengobrak-abrik pertahanan musuh. Saya tidak tahu ini melanggar peraturan atau tidak, tapi namanya juga sepakbola jalanan. Berkat aksi Pak Murjani itu, saya berhasil mencetak dua gol dari assist Randy. Ketika pertandingan terlihat berakhir dengan seri, Randy mencetak sebuah gol dan berhasil membalikkan kedudukan.

Mereka lepas baju.

***

Kelas XI lain lagi ceritanya. Ketika itu kelas saya, XI IPA1 barengan olahraga sama anak kelas X-5, dan tiap kali kita Beadu (itu artinya setahun penuh), mereka tidak pernah menang sekalipun! Kami sangat merasa superior, meski sombong itu dilarang.

 Kemudian skip sampai class meeting. Nah, di lomba antar kelas ini, juga ada futsal selain adu masak. Saat itu, lawan kami cukup berat, yaitu kelas tetangga XI IPA 3. Walhasil karena kurang kompak dan kemampuan, kami dibantai 8 - 2. Hiks.

Skip lagi sampai dua pagelaran class meeting di kelas 3 atau XII.

Dalam 2 Class Meeting itu, kami menghadapi kelas X-1 dan XII IPA 4 juga ada kelas XI. Dua-duanya kalah dengan skor tipis, hanya selisih satu gol. Namun saya lupa persisnya berapa. Ternyata dua tim itu yaitu X-1 dan IPA 4 berhasil melaju ke final. Yah, berarti kami kalah dengan calon juara hehe. Dan saya juga mencetak gol waktu itu ketika melawan kelas XI!

***

Sekarang harapan saya di Futsal nggak muluk-muluk, sekedar mampu mengimbangi rekan setim dan mengurangi jumlah blunder sudah sangat berhasil.Komentar kawan-kawan pun cukup membuat bersemangat dan optimis.


Kawan 1: "Aku suka cara bermain mu, kamu mau berusaha, walau cuma awal-awalnya aja sih, hahaha" 

Kawan 2: "Sekarang mainnya lumayan, daripada dulu, haduh.."

Kawan 3: "Kamu lebih hebat dari aku sekarang.."

Kawan 4: "Kita sudah setara, kamu nyetak gol tadi."

Berkat futsal, bisa menambah teman, relasi, bahkan konflik.

Bagi saya futsal adalah jatuh cinta yang berbalas.




Komentar

  1. saya gak terlalu suka sih, tapi seru klo kita bisa main biarpun gak terlalu jago...

    BalasHapus
  2. Hahaha. Guru ikutan main? Keren!

    Waduh, udah lama banget gue nggak pernah futsal. :(

    BalasHapus
  3. keren nih, futsal bisa menyatukan semuanya ya guys, kerjasama tim salah satunya :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wawancara dengan Alfa Maqih

Pindah

Pelajaran dari Ta Lo Xa Chung Cu