Mulai Nulis Lagi

          Memang aneh ketika seseorang memotivasi kita untuk menulis tapi doi sendiri sama sekali tak aktif menulis. Itulah yang terjadi pada diri ini. Dulu saya pernah memposting tentang pentingnya menulis, dan cukup mendapat respon yang positif. Tapi apa mau dikata, produktivitas saya menulis jauh menurun dibanding dulu. Meskipun sebenarnya tulisan saya tak banyak dan tak begitu bagus. Hanya ada satu alasan yaitu kemalasan. Malas memang menjadi musuh besar dalam hidup saya.
         
          Karena rasa bersalah dan keinginan kembali untuk menulis (walaupun saya tidak jago dalam bidang ini), saya pun berusaha untuk melanjutkan menulis. Mulailah saya mencari ide. Namun kemalasan itu terus menghambat. Saya lebih sering membuka twitter dan facebook daripada menulis. Mulanya ide terus berdatangan namun tangan ini enggan bergerak. Jadilah ide itu sia-sia dan menguap begitu saja.
     
         Sampai pada kemarin malam saya membaca sebuah notes di facebook milik seorang senior di SMA saya dulu. Meski kita tak pernah bertemu langsung karena perbedaan angkatan yang terlampau jauh yaitu beda empat tahun, namun saya panggil dia senior saja. Kembali kepada isi notes beliau. Senior ini memang sedikit spesial.  Saat SMA saja sudah lebih 50 tulisannya yang tersebar di media massa di sekitaran Kalimantan. Saya tak ingin kagum, tapi yang membuat saya iri adalah, beliau bukanlah berasal dari keluarga penulis, dan di lingkungannya juga tidak ada yang menulis. Persis keadaan saya sekarang. Bukan, bukan masalah beliau yang berhasil menyebarluaskan karyanya ke media, namun konsistensi beliau itulah yang patut diacungi jempol. Benar-benar membuat saya iri.

        Memang dalam menulis, konsistensi inilah yang susah. Sebab dari seringnya menulis, lahirlah apa yang disebut sebagai identitas penulis. Sebab dari seringnya menulis, keluarlah ciri khas penulis. Tips dari beliau, kalau mau nulis jangan terlalu banyak teori, langsung action. Jangan ikut-ikutan tren. Inilah quotes paling berkesan bagi saya, yang dibuat sendiri oleh beliau:

"Jika anda adalah seorang penulis, maka menulislah tiap hari. Jika tidak mampu, menulislah dua hari sekali. Jika tidak mampu, menulislah tiga hari sekali. Jika tidak mampu juga, menulislah seminggu sekali. Dan itulah selemah-lemah 'iman' penulis" (ARM)
Doain saya ya.


Malang, Bakda Subuh, Selasa 5 November 2013 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wawancara dengan Alfa Maqih

Pindah