#MandastanaJavaTour2013 : Kota Pertama: Jogjakarta
Tahun lalu, tepatnya pada tanggal 2 September, kami, sebagian dari penghuni Asrama Mahasiswa Kalimantan Selatan (AMKS) Mandastana melakukan perjalanan mengelilingi pulau Jawa. Dengan destinasi utama adalah kota kembang Bandung. Tujuan utama adalah mencari jodoh hiburan dan juga kenangan. Namun, dalam perjalanannya kami juga singgah di Jogjakarta, dan menyempatkan diri mengunjungi ibukota Indonesia Jakarta. Untuk artikel pemanasan, akan kami bagi pengalaman kami di Jogja terlebih dahulu.
Jogjakarta. Meski kali ini bukanlah pengalaman pertamaku mengunjungi kota istimewa ini, namun tetap saja perasaan excited menghinggapi. Aku begitu ingat, hari itu adalah hari senin. Rencana keberangkatan pukul 7 pagi. Tetapi rencana tinggal rencana. Pada kenyataannya, kami berangkat pukul 10 pagi menjelang siang dari kota apel, Malang. Untuk keterlambatan ini, no komen. Hal yang menarik adalah, salah satu dari kawan kami, Hadi (sekarang jadi ketua asrama) meminum obat anti-mabuk bahkan sebelum berangkat. Alhasil, dia tertidur sepanjang perjalanan. Lebih lagi, dia sudah tertidur sebelum berangkat, sambil duduk di depan paddock yang sekarang menjadi kamar nomor 10. Teringat kata orang bijak, hal yang terpenting dari sebuah petualangan adalah perjalanannya, bukan destinasinya. Kasihan sekali Hadi ini.
Kami berangkat menggunakan dua buah kendaraan beroda empat, satu sedan BMW kepunyaan salah satu anggota asrama. Sedangkan satu lagi adalah mobil sewaan yang muat banyak orang. Pelaku perjalanan kami menuju Jogjakarta ini berjumlah 9 orang. Aku, dan empat orang lainnya - yaitu Bang Julis, Dul, Hadi, dan Nopal memakai mobil sewaan. Sepanjang perjalanan, kami disuguhi lagu-lagu JKT48 karena hanya itulah kaset yang ada. Lagu-lagu itu diulangi hingga puluhan kali, membuatku hafal di luar kepala. Sedangkan Hadi, masih tertidur dengan trengginas.
Memasuki Kediri, terjadi insiden kecil yaitu kempesnya ban sedan kami. Demi solidaritas asrama dan juga untuk menjaga ketertiban dunia, kami yang berada di mobil yang berbeda memutuskan untuk tak meninggalkan dan menunggu hingga proses penambalan ban selesai. Setelah itu, perjalanan kembali berlanjut.
Matahari kemudian tergelincir, membuat perut-perut para pasukan mulai keroncongan. Dipilihlah menu makanan yang begitu pragmatis: nasi sop Pak Min. Meski begitu, disekitar perjalanan menuju Jogja, kalau tidak salah ketika melewati Kediri, ada saja poster-poster yang bertuliskan: "Restoran Anu 50km lagi". Ini benar-benar menyebalkan. Karena, tiap kali beberapa meter poster itu terus ada menghantui kami.
Singkat cerita, kami memasuki Jogja ketika malam tiba. Aku begitu ingat, saat itu rombongan langsung menuju Malioboro. Aku, yang begitu lapar langsung mencari makan, sop ayam. Sementara yang tersisa duduk-duduk sambil melihat pemandangan. Ada juga yang berbelanja. Setelah semua kesibukan itu, kami mantap menuju asrama kalsel di Jogja, namanya asrama Pangeran Hidayatullah. Yang pasti, asrama ini lebih besar daripada Mandastana itu sendiri.
Disana kami disambut hangat oleh salah seorang dari mereka sesama kawan se banua yaitu yang bernama Hadi (urang barabai kalau tidak salah dan berbeda dengan Hadi Mandastana). Saat itu, kami berencana untuk makan gudeg yang bukanya jam 10 malam keatas. Dengan bantuan Hadi Barabai, kami berangkat ke TKP yang ternyata tak begitu jauh dari lokasi asrama. Kemudian, masing-masing memesan gudeg, makanan khas Jogja yang terkenal bercita rasa manis itu. Dan ternyata gudeg yang kami santap malam itu memang sangat enak dan direkomendasikan. Maknyus dan Top Markotop lah kata Pak Bondan. Sambil diiringi musisi jalanan yang secara musikalitas benar-benar berkualitas, kami menghabiskan malam pertama liburan panjang kami dengan sumringah. Puas, kami pulang ke asrama Jogja dan tertidur pulas.
Keesokan paginya, setelah Sholat Subuh, ada kabar mengejutkan. Bukan, ini bukan tentang artis Indonesia yang sering bikin kontroversi dibanding karya penuh isi, tapi Mesut Ozil pindah dari Real Madrid menuju Emirates Stadium, Arsenal. "Selamat" ujar bang Hafiz ketika bertemu di asrama Jogja. Kami memang mengajak beberapa alumni Mandastana untuk bersama-sama pergi ke salah satu dari 7 keajaiban dunia ketika saya masih di sekolah dasar: Candi Borobudur.
Saya memang dikenal menyukai klub sepakbola Arsenal, namun tidak sefanatik orang-orang di luar sana, yang terlalu mengidolakan sesuatu hingga menjadi agama kedua. Mengerikan. Dan, saya sekarang tidak terlalu memerhatikan sepakbola.
Sesuai rencana, pagi menjelang siang kami menuju Borobudur. Sepanjang perjalanan aku tertidur dan tetiba sudah dekat Borobudur. Memasuki Boroudur, pengunjung diwajibkan memakai kain semacam sarung. Entah gunanya apa. Borobudur ini terdiri dari beberapa tingkat, dimana pada lantai tertentu dapat melihat pemandangan indah dari sana. Uniknya, bagi pengunjung yang kehabisan baterai hape bisa nge-charge di dinding Borobudur yang telah di modifikasi sedemikan rupa menggunakan batu buatan sehingga terdapat colokan di tempat tertentu. Alhamdulillah.
Puas berkeliling dan foto-foto, matahari pun mulai condong ke barat maka kami memutuskan untuk pulang. Satu hal yang aku perhatikan disini, ada semacam pasar atau pusat suvenir saat kita memasuki kawan wisata ini. Hal yang tak ada pada pasar terapung, wisata khas banua. Mungkin bisa dibangun pusat suvenir yang dilengkapi dengan warung jajanan khas banua di sekitar dermagaa tau tempat keberangkatan menuju pasar Terapung. Sehuingga dapat menggerakkan ekonomi warga sekitar dan warga banua pada khususnya. Semoga saja. Begitulah.
Dalam perjalanan pulang menuju Jogja (Borobudur terletak di antara Magelang dan Jogja) aku melihat banyak abu vulkanik bekas letusan gunung di kanan kiri jalan. kemungkinan gunung Merapi. Dalam perjalanan pulang ini pula aku membeli kaset MP3 yang berisi lagu-lagu keras untuk mengganti lagu JKT48 yang sudah terlanjur hafal. Rencananya, sehabis magrib kami bertolak menuju ibukota provinsi Jawa Barat, kota parahyangan sekaligus kota kembang, Bandung Lautan Api. (Bersambung: Singgah Sebentar di Tasikmalaya) #MandastanaJavaTour2013
Di halaman depan bersama beberapa anggota asrama Pangeran Hdayatullah Daerah Istimewa Jogjakarta, 2013 |
Komentar
Posting Komentar