Postingan

Post-2022

Banyak peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita tahun lalu, tetapi adakah pelajaran yang dapat kita ambil? Awal tahun 2022 bagi saya diwarnai dengan lingkungan baru, teman-teman baru, tantangan baru. Kemudian, secara mengejutkan untuk kedua kalinya saya kena covid. Kali ini bergejala. Saat itu corona kembali mengganas, Saya lupa saat itu gelombang yang keberapa. Meski saya agak kecewa ditolak masuk kembali ke wisma atlet. Bukan karena saya tudak dianggap atlet atau apa, hanya karena wifi disono kencang banget ketimbang wifi kos. Akhirnya isoman di kosan. Alhamdulillah masih bertahan. Menuju pertengahan tahun, panggung konser-konser kembali bergairah pada 2022. Seingat saya, hampir tiap minggu ada saja konser atau festival musik. Menggembirakan memang. Sayangnya saya gagal mengikuti salah satu festival meski telah memiliki tiketnya. Sedikit catatan, beberapa konser dibatalkan entah alasannya apa dan penonton pun dirugikan. Bisa dicek sendiri beritanya. Sebenarnya saya lebih menyukai...

Sebuah Postingan Agar Blog Ini Tidak Mati

Diantara tagihan pajak kendaraan Dan diantara film-film Spiderman Beberapa orang memilih bertahan Untuk menyiasati hidup dan kehidupan   Coba kau dengar dan lihat itu kawan Mereka bergaji dan bertunjangan Tetapi masih ambil yang bukan haknya Ah, memalukan, muka pun tak punya Coba kau dengar dan lihat itu, Ky Ada yang berusaha ambil kendali Atas hidupmu yang hampir-hampir tak berarti Diantara 7,753 miliar penduduk bumi Setiap perjalanan mesti mendapatkan luka Entah itu dari orang asing atau keluarga Bersiap-siaplah untuk duka dan kecewa Bila meletakkan harapan pada manusia Pungguk telah memiliki pilihan Tak apa engkau hanya kekanak-kanakan  "Orang-orang layat" yang membikin gentar Mereka tak pernah benar-benar benar Seseorang rindu akhir pekan di Ibukota dua hari diam saja di kos-kosan nonton film, baca komik dan sebagainya apapun itu yang menyenangkan  Pernah kubayangkan sebuah band yang semua personilnya perempuan Memabukkan, angkuh dan segan tak takut dan tak tunduk pa...

Catatan Selama Pandemi

        Sejak virus corona atau Covid-19 terdeteksi di Indonesia awal Maret 2020, sejak saat itulah hidup saya berubah. Ahli Kesehatan bilang 3M: Mencuci Tangan, Memakai Masker dan Menjaga Jarak. Tak lupa 3T: Test, Tracing dan Treatment yang hingga kini masih perlu ditingkatkan lagi.          Jumat,   13 Maret 2020           Hard Rock Cafe Pacific Place tidak terlalu ramai malam itu. Saya memesan Es Jeruk. Adam, yang baru saya lihat lagi setelah 10 tahun, mengaku sakit perut dan ingin buang air besar. Mungkin efek makanan Jepang yang tadi dia makan. Belum ada kewajiban memakai masker.

Tiba

Gambar
Umar Bin Khattab pernah bilang (kalau ndak salah) bahwasanya waktu adalah pedang. Orang barat bilang kalau waktu adalah uang. Apakah orang barat salah? Saya tidak tahu. Sapardi Djoko Darmono pernah membuat puisi “Waktu itu fana, kita yang abadi”. Tapi Sapardi bukanlah Wiji Tukul. Bukan pula Amir Hamzah. Apakah Sapardi salah? Saya tidak tahu. Silampukau dalam lagunya yang berjudul Lagu Rantau (sambat omah) berujar “Waktu memang jahanam, kota kelewat kejam, dan pekerjaan, menyita harapan”. Apakah duo dari Surabaya ini salah? Saya tidak tahu.   Gerald Situmorang Trio juga penah membuat lagu yang nggak ada liriknya, judulnya “Time is Answer”. Apakah Gerald Situmorang salah? Saya tidak tahu.

Wawancara dengan Alfa Maqih

Sebenarnya wawancara ini merupakan rencana saya sejak dulu. Sejak Alfa masih magang di Jepang. Ternyata baru kesampaian ketika beliau sudah tidak magang lagi, tetapi sudah bekerja di Jepang. Alfa merupakan teman sebangku saya ketika masih bersekolah di SMPN 2 Banjarmasin tepatnya saat kelas delapan. Kelas delapan, dimana menurut saya merupakan masa-masa paling menarik saat berseragam biru-biru. Waktu itu dia murid pindahan dari Bandung. Singkat cerita, selepas kuliah beliau memutuskan untuk bekerja di Jepang. Berikut wawancara saya dengan Alfa setelah saya edit sedemikian rupa karena ada beberapa bagian yang tak senonoh dan tak elok untuk ditampilkan di blog yang budiman ini. Selamat membaca!

Pindah

Ini merupakan tulisan saya yang pertama di 2019. Alasan saya tidak melahirkan (h a d e h) tulisan lagi adalah karena saya emang kurang motivasi aja alias malas. Menyebalkan memang tapi itulah yang terjadi dan saya harus akui itu. Padahal, banyak kejadian menarik sampai dengan november ini. Dimulai dari perpindahan saya dari Surabaya ke Jakarta pada Mei lalu. Surabaya merupakan kota yang ideal untuk tinggal. Kemana-mana cuma butuh waktu satu jam. Meski cuacanya panas sekali, tapi sumpah Surabaya suasanaya enak. Kulinernya pun enak. Sebut saja Pecel Rawon Pucang, Acil Bungas, Warung Emak, dan lain-lain. Dua nama terakhir kemungkinan pada nggak tau karena anak-anak asrama Pucang aja yang tau. Intinya, Surabaya ideal.

Jember Dulu, Banyuwangi Kemudian

Gambar
Setelah tarik ulur, rapat ngalor ngidul, liburan asrama tahun ini kembali diadakan. Hari Jumat tanggal 16 Februari 2018 pukul dua subuh kami berangkat menuju Banyuwangi dari kota Pahlawan. Liburan asrama (Hasanuddin HM) kali ini sama dengan liburan dua tahun lalu: Banyuwangi. hanya saja pada tahun 2016 tujuannya adalah Labuan Menjangan, sedangkan kali ini destinasi kami adalah Blue Bay alias Teluk Banyubiru. Rombongan berjumlah sepuluh orang dengan dua mobil sewaan. Satu mobil denganku adalah Bagas, Dono, Indra dan Ziyad sebagai supir. Sisanya ikut mobil lainnya tapi karena tidak relevan tidak perlu diperkenalkan. Bismillah kita mulai perjalanan kali ini.